Rabu, 31 Oktober 2012

Apakah Benar Olahraga Bisa Picu Kematian Mendadak Akibat Serangan Jantung

Olahraga masih dianggap sebagai salah satu syarat hidup sehat dan bugar. Walau demikian, ada beberapa kasus di mana orang yang sedang berolahraga tiba-tiba rubuh dan meninggal dunia. Hal ini lantas membuat sebagian pihak bertanya-tanya, apakah olahraga bisa berbahaya bagi kesehatan?

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Dr Andrew Krahn dari University of British Columbia baru-baru ini menemukan bahwa ada 174 kasus kematian mendadak pada orang berusia 2-40 tahun di Ontario, Kanada. Sebanyak 126 kasus atau 72 persen di antaranya disebabkan karena penyakit jantung, sedangkan sisanya tidak diketahui penyebabnya.

Kebanyakan korban atau sekitar 76 persen di antaranya adalah laki-laki berusia antara 18-40 tahun. Akibat serangan jantung mendadak, orang yang tampak sangat sehat dan masih begitu muda bisa tiba-tiba ambruk. Setiap tahun, ada sekitar 40.000 orang di Kanada yang meninggal serangan jantung mendadak.

Penelitian Dr Krahn ini berupaya menghalau mitos bahwa kematian akibat serangan jantung mendadak sering terjadi saat melakukan aktivitas fisik yang intensif. Ia menemukan bahwa sebagian besar atau sekitar 72 persen kasus serangan jantung mendadak terjadi di rumah. Hanya 9 persen dari kasus pada orang dewasa yang terjadi saat melakukan olahraga.

"Jika Anda punya anak berusia 13 tahun yang bukan atlet terkenal meninggal di rumah saat menonton TV, itu tidak akan menjadi berita. Tapi kalau anak Anda adalah quarterback SMA atau bintang olahraga hoki, maka banyak orang kemudian mengaitkannya dengan olahraga," kata Dr Krahn seperti dilansir Science Daily, Rabu (31/10/2012).

Dr Krahn menyarankan agar lebih banyak memperhatikan tanda-tanda serangan jantung seperti pingsan. Apabila dapat mendeteksi risikonya, maka tindakan pencegahan dan evaluasi medis dapat diberikan sehingga mencegah kerusakan akibat serangan jantung bertambah parah.

Beberapa tindakan medis juga dapat memperbesar kemungkinan nyawa terselamatkan. Dr Beth Abramson, seorang peneliti Yayasan Jantung dan Stroke di AS menyarankan perlunya pelatihan CPR dan penempatan Automatic External Defibrillators (AED) di sekolah, tempat fitness dan fasilitas olahraga lain agar dapat menyelamatkan nyawa banyak orang.

Automated External Defibrillator (AED) adalah peralatan elektronik portable yang bisa secara otomatis mendiagnosis ritme jantung dan memberi bantuan darurat pada pasien serangan jantung mendadak. Peralatan AED ini umumnya ditempatkan pada kotak berjendela kaca. Kaca boleh dipecahkan untuk mengambil alat jika diperlukan.

"Kemungkinan hidup akibat serangan jantung dapat meningkat sampai 75 persen jika mendapatkan penanganan CPR dengan cepat dan dikombinasikan dengan AED dalam beberapa menit pertama," kata Dr Abramson.

Di Kanada, isu mengenai olahraga yang berisiko bagi kesehatan mulai marak setelah seorang pemain pemain hoki bernama Brett MacLean mengalami serangan jantung saat mengikuti pertandingan di Owen Sound, Ontario. Ia segera mendapat penanganan CPR dibantu AED di dalam arena. Beruntung, nyawa pemuda berusia 23 tahun ini pun selamat.



sumber : detik.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar